Tantangan, Solusi, dan Masa Depan Kerja Hybrid

0
3

Tantangan, Solusi, dan Masa Depan Kerja Hybrid – Pola kerja secara hybrid menjadi standar baru bagi banyak perusahaan beberapa tahun terakhir ini. Model kerja hybrid merupakan penggabungan kerja jarak jauh dengan tatap muka di kantor. Kini, kerja hybrid bukan lagi sebatas tren kerja pascapandemi. Kerja hybrid menjadi strategi jangka panjang untuk meningkatkan keseimbangan hidup, kepuasan, dan efisiensi karyawan.

Model kerja hybrid memiliki kelebihan sekaligus kekurangan. Beberapa perusahaan dapat mengurangi biaya kantor, membebaskan karyawan mengatur ritme kerja, dan memperluas peluang rekrutmen dengan adanya sistem hybrid ini. Namun, sistem ini juga mendatangkan tantangan baru yang sebelumnya tidak ada di sistem kerja tatap muka. Perusahaan yang ingin menerapkan sistem hybrid perlu menyeimbangkan kebutuhan karyawan hingga kesiapan teknologi agar sistem hybrid tidak menurunkan performa tim.

Artikel ini akan membahas tantangan utama kerja hybrid serta solusi praktis yang bisa diterapkan oleh perusahaan masa kini.

1. Tantangan Kerja Hybrid

a. Komunikasi Tidak Selalu Sinkron

Saat bekerja secara hybrid, komunikasi antar tim atau karyawan tidak selalu bisa dilakukan secara real-time. Hal ini dapat terjadi karena setiap karyawan bekerja dari lokasi yang berbeda. Akibatnya, informasi penting dapat terlewat. Pesan yang dikirim juga dapat dianggap ambigu. Kondisi seperti ini dapat berujung pada miskomunikasi.

b. Sulit Membangun Kebersamaan Tim

Kebersamaan atau team bonding menjadi tantangan besar dalam sistem kerja hybrid. Ketika sebagian karyawan bekerja dari rumah dan sebagian lain hadir di kantor, hubungan interpersonal bisa terasa renggang. Karyawan yang bekerja dari rumah dapat merasa “ketinggalan informasi” atau tidak dianggap sebagai bagian dari keputusan penting. Sistem kerja hybrid mempersulit karyawan untuk mendapatkan rasa kedekatan yang muncul dari interaksi kecil seperti makan siang bersama atau obrolan ringan.

c. Produktivitas Tidak Merata

Sistem kerja hybrid membuat lingkungan kerja tiap individu menjadi sangat berbeda. Bahkan, antar karyawan yang sama-sama sedang remote pun dapat bekerja di lingkungan yang berbeda. Beberapa karyawan mungkin dapat fokus bekerja di rumah. Sebagian yang lain harus bekerja di tempat sepi agar dapat lebih produktif. Perbedaan ini mempersulit perusahaan untuk menilai performa karyawan secara objektif.

d. Tantangan Manajemen Waktu

Fleksibilitas sistem hybrid tidak selalu menguntungkan. Sistem ini dapat membuat karyawan sulit mengatur waktu bekerja. Karyawan remote bisa jadi bekerja melebihi jam kerja yang sewajarnya. Adanya kesulitan dalam memisahkan waktu kerja dan waktu pribadi juga menjadi salah satu tantangan. Tanpa adanya panduan yang tepat, fleksibilitas justru dapat menjadi beban.

e. Teknologi yang Kurang Mendukung

Salah satu kunci keberhasilan sistem hybrid adalah adanya teknologi yang mendukung. Beberapa karyawan mungkin memiliki teknologi yang mendukung. Namun, beberapa karyawan lain mungkin tidak memiliki perangkat teknologi seperti di kantor. Masalah-masalah seperti kesulitan mengakses dokumen dan aplikasi error akan sering terjadi. Hal ini akan berakibat pada ritme kerja yang berantakan.

 

2. Solusi untuk Mengoptimalkan Kerja Hybrid

a. Gunakan Tools Komunikasi yang Terstruktur

Perusahaan perlu memilih kanal komunikasi yang jelas sesuai jenis kebutuhan. Sebagai contoh, penggunaan Whatsapp untuk diskusi atau update singkat. Penggunaan email untuk pengiriman dokumen formal. Pengunaan Zoom atau Google Meet untuk meeting, brainstorming, atau evaluasi. Penggunaan project management tools untuk pembagian tugas.

Dengan demikian, baik karyawan remote maupun on-site dapat bekerja dengan selaras. Tidak ada lagi karyawan yang mengirim dokumen melalui Whatsapp karena email sudah disepakati sebagai kanal untuk pengiriman dokumen. Tidak ada lagi brainstorming melalui grup Whatsapp karena dapat dilakukan menggunakan Zoom atau Google Meet.

b. Buat Jadwal Hybrid Rhythm

Perusahaan sebaiknya membuat jadwal pasti untuk karyawan. Kapan karyawan wajib hadir dan boleh bekerja dari rumah harus dibuat jadwal yang konsisten supaya tidak membingungkan. Sebagai contoh, karyawan harus bekerja on site di hari Senin, Rabu, dan Jumat. Karyawan boleh bekerja dari rumah atau dari mana saja di hari Selasa dan Kamis.

Dengan adanya penjadwalan seperti ini, karyawan akan memahami dan mengatur pola kerja mereka. Jika tidak ada jadwal yang jelas, besar kemungkinan kantor akan kosong di satu hari tertentu karena seluruh karyawan kebetulan memilih bekerja remote. Hal ini akan berakibat pada menurunnya performa dan kredibilitas perusahaan.

c. Bangun Budaya Kerja Berbasis Output

Pengukuran performa karyawan dengan berorientasi pada waktu sudah tidak relevan dalam sistem kerja hybrid. Pada sistem kerja on-site, perusahaan menilai performa karyawan berdasarkan pukul berapa karyawan tersebut masuk kantor atau berapa jam seorang karyawan lembur. Pada sistem kerja hybrid, hal ini tidak dapat diterapkan karena karyawan remote memiliki waktu kerja yang berbeda-beda.

Maka dari itu, perusahaan perlu membangun budaya kerja yang berorientasi pada output. Performa seorang karyawan dapat diukur melalui hasil pekerjaan yang telah diselesaikan. Perusahaan tidak perlu menilai jam berapa atau dari mana karyawan tersebut mengerjakan tugasnya. Dengan cara ini, karyawan remote tidak merasa diragukan sementara karyawan on-site tidak merasa bekerja lebih keras.

d. Siapkan Teknologi yang Mendukung 

Teknologi yang kuat merupakan kunci kesuksesan sistem kerja hybrid. Maka dari itu, perusahaan perlu menyiapkan teknologi yang mendukung agar dapat menerapkan sistem kerja hybrid. Sebagai contoh, penyediaan sistem cloud untuk mengakses dokumen. Contoh lain, perusahaan dapat menggunakan aplikasi presensi online agar karyawan remote tetap dapat melaporkan kehadirannya.

Dengan adanya teknologi yang mendukung, sistem kerja hybrid dapat diterapkan dan dijalankan dengan minim kendala. Meski sebagian karyawan bekerja di kantor dan sebagian lagi bekerja dari berbagai tempat yang berbeda, mereka tetap dapat bekerja dengan selaras karena adanya teknologi yang mendukung. Dengan begitu, perusahaan tidak akan kehilangan performanya meski menerapkan sistem kerja hybrid.

 

3. Masa Depan Kerja Hybrid

Di masa depan, sistem kerja hybrid tidak akan hilang. Sistem kerja hybrid kemungkinan akan terus berkembang dan semakin mapan dari tahun ke tahun. Perusahaan yang berhasil menerapkan sistem kerja hybrid dengan baik akan memiliki banyak keunggulan kompetitif. Sebagai contoh, operasional akan lebih efisien. Contoh lain, retensi karyawan akan lebih tinggi. Karyawan pun tidak mudah burnout karena suasana kerja berganti setiap minggunya.

Untuk mencapai keberhasilan dalam sistem hybrid, perusahaan perlu memastikan bahwa fleksibilitas dan struktur dapat berjalan bersamaan. Fleksibilitas (kebebasan memilih hari dan tempat untuk bekerja remote) memberi ruang bagi karyawan untuk bekerja lebih optimal. Struktur (jadwal work from officework from home dan kesepakatan penggunaan tools) memberi aturan bagi perusahaan dan karyawan agar dapat diikuti sehingga operasional berjalan stabil. Dengan menerapkan langkah tersebut, sistem kerja hybrid dapat menjadi model kerja yang lebih adaptif dan produktif.

Previous articleCara Mengatasi Rasa Kantuk Saat Bekerja di Kantor

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here