Istilah Akuntansi yang Wajib Dipahami oleh Pemilik Bisnis

0
3

Mengelola bisnis tidak hanya tentang menjual produk atau melayani pelanggan. Pada akhirnya, semua kegiatan bisnis akan bermuara pada satu hal yaitu angka. Angka ini yang akan menunjukkan apakah bisnis sedang sehat, merugi, berkembang, atau justru sedang menuju bangkrut. Oleh karena itu, memahami istilah dasar akuntansi merupakan kebutuhan, terutama bagi pemilik bisnis yang berasal dari latar belakang non-akuntansi.

Kesalahan membaca kondisi bisnis akan terjadi tanpa adanya pemahaman mengenai istilah dasar akuntansi. Kesalahan lain seperti pengambilan keputusan atau kebocoran keuangan juga mungkin terjadi. Maka dari itu, artikel ini akan menjelaskan istilah akuntansi yang wajib dipahami oleh pemilik bisnis.

1. Aset (Assets)

Aset adalah semua sumber daya yang dimiliki bisnis dan memiliki nilai ekonomi. Dengan kata lain, aset adalah segala sesuatu yang dapat membantu bisnis menghasilkan uang.

Aset dibedakan menjadi dua:

  • Aset lancar → mudah untuk diubah menjadi uang dalam 1 tahun. Contoh: kas, piutang, dan stok barang.
  • Aset tetap → digunakan untuk jangka panjang. Contoh: komputer, mesin, booth, dan kendaraan.

Contoh:
Laptop yang digunakan untuk produksi konten = aset tetap.
Stok barang yang siap dijual = aset lancar.

2. Liabilitas (Kewajiban / Debt)

Liabilitas merupakan semua kewajiban atau utang yang harus dibayar bisnis.

Liabilitas dibagi menjadi dua:

  • Utang jangka pendek: Utang yang jatuh tempo kurang dari 1 tahun
    Contoh: utang supplier, gaji karyawan yang belum dibayar, dan tagihan.
  • Utang jangka panjang: Utang yang jatuh tempo kurang dari 1 tahun
    Contoh: pinjaman bank.

3. Ekuitas (Modal / Equity)

Ekuitas merupakan nilai kepemilikan di dalam bisnis. Rumus penghitungan:

Ekuitas = Aset – Liabilitas

Jika aset bisnis lebih besar dari utang → ekuitas positif → bisnis sehat.
Jika utang lebih besar dari aset → ekuitas negatif → bisnis bahaya.

Contoh:
Aset: Rp200 juta
Utang: Rp50 juta
Ekuitas = Rp150 juta

Artinya pemilik bisnis memiliki nilai bersih Rp150 juta dari bisnis tersebut.

4. Pendapatan (Revenue) dan Laba (Profit)

Banyak pemilik bisnis salah kaprah dan menganggap pendapatan = keuntungan. Sebenarnya, pendapatan dan laba berbeda.

  • Pendapatan (Revenue): Total pemasukan dari penjualan.
  • Laba (Profit): Uang yang benar-benar tersisa setelah dikurangi oleh biaya operasional.

Contoh:

Pendapatan per bulan: Rp80 juta
Biaya operasional: Rp30 juta
Laba bersih: Rp50 juta

5. Beban atau Biaya (Expenses)

Beban merupakan semua pengeluaran untuk menjalankan bisnis. 

Beban dibagi menjadi dua kategori:

  • Biaya tetap (fixed cost): Biaya yang tidak berubah meski jumlah produksi berubah.
    Contoh: sewa ruko dan gaji karyawan.
  • Biaya variabel (variable cost): Biaya yang berubah tergantung jumlah produksi.
    Contoh: bahan baku, biaya pengiriman, dan biaya packaging.

Baca juga: Cara menentukan gaji karyawan

6. HPP (Harga Pokok Penjualan) 

HPP merupakan biaya langsung untuk membuat atau mendapatkan barang yang dijual.

Contoh HPP untuk bisnis F&B: harga bahan baku seperti tepung, telur, dan lain-lain

Contoh HPP untuk bisnis ritel: harga pembelian barang dari supplier, biaya pengemasan, dan lain-lain

7. Arus Kas (Cash Flow)

Arus kas merupakan pergerakan uang masuk dan keluar dalam bisnis.

Arus kas dibagi menjadi tiga:

  • Arus kas operasional: Aktivitas harian seperti penjualan dan belanja barang.
  • Arus kas investasi: Pembelian alat dan upgrade mesin
  • Arus kas pendanaan: Pinjaman, setoran modal, dan pembayaran utang.

8. Laba Kotor vs Laba Bersih

Laba (Profit) merupakan uang yang benar-benar tersisa setelah dikurangi oleh biaya operasional. Laba dibagi menjadi dua:

  • Laba kotor: Hasil dari pendapatan dikurangi HPP. Laba kotor menggambarkan kesehatan model penjualan.
  • Laba bersih: Hasil dari laba kotor dikurangi semua biaya operasional. Laba bersih menggambarkan apakah bisnis benar-benar menghasilkan uang

Contoh:
Pendapatan: Rp100 juta

HPP: Rp50 juta

Biaya operasional = Rp20 juta

Laba kotor = Rp100 juta – Rp50 juta = Rp50 juta

Laba bersih = Rp50 juta – Rp20 juta = Rp30 juta

9. Piutang dan Utang Usaha

Piutang usaha merupakan uang yang seharusnya diterima dari pelanggan. Contoh: pelanggan bayar tempo 30 hari.

Utang usaha merupakan uang yang harus dibayar ke supplier. Contoh: pembayaran setelah pengambilan barang

10. Penyusutan (Depreciation)

Penyusutan merupakan penurunan nilai aset tetap karena usia pemakaian.

Contoh:
Laptop seharga Rp10 juta biasanya akan mengalami penurunan fungsi dan harga setelah pemakaian 4 tahun

11. Break Even Point (BEP)

Titik impas atau break even point merupakan jumlah penjualan minimal untuk menutup modal dan biaya operasional.

Hasil penjualan di bawah BEP → rugi.
Hasil penjualan di atas BEP → mulai untung.

Contoh:
Biaya fixed: Rp20 juta
Margin per produk: Rp20.000
BEP = 20.000.000 / 20.000 = 1.000 unit

Jika penjualan kurang dari 1000 unit, bisnis masih belum untung.

Kesimpulan

Tidak perlu menjadi ahli untuk memahami istilah akuntansi. Yang terpenting adalah pemilik bisnis memiliki keinginan kuat demi melihat bisnisnya berkembang. Dengan memahami istilah-istilah akuntansi di atas, pemilik bisnis dapat melihat kondisi bisnisnya dengan lebih jelas. Bisnis dengan data yang jelas, pengelolaan keuangan yang tertata, dan pemilik yang memahami istilah akuntansi berpotensi akan berkembang lebih besar.

Previous articleTiga Bentuk CRM Manual yang Jarang Disadari

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here